PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Bali
Bali
merupakan salah satu tempat tujuan pariwisata di dunia, perkembangan pariwisata
Bali sangat pesat karena pengaruh dari teknologi yang memperkenalkan pulau bali
beserta keunikannya ke mancanegara, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah
pengunjung yang datang ke Bali, bertambahnya jumlah hotel/resort,restaurant,
travel agent, money changer, spa, tempat-tempat pertunjukan/hiburan, artshop, dan
fasilitas pendukung lainnya.
Bali memiliki berbagai macam warisan budaya yang dapat
dijadikan atraksi wisata sebagai daya tarik para wisatwan untuk mengunjungi
Bali, seperti berbagai macam tari-tariaan beserta alat-alat musik khas bali,
mulai dari tarian yang sakral sampai tarian kontemporer, begitu juga dengan alat
musiknya. Selain itu Bali juga memiliki hal-hal lain seperti pemandangan alam, flora dan fauna serta yang
paling terkenal adalah rumah adat bali. Rumah Adat Bali yaitu rumah yang
berurutan dari tempat yang suci sampai tempat yang dianggap kotor. Ada beberapa
pedoman dan tatacara membangun Rumah Bali anatara lain, Asta Kosala-Kosali,
Nawa Sanga, Status Sosial atau Sitem Hirarki
Rumah Adat Bali dijadikan
sebuah Resort yang menjadi daya tarik tersendiri, hal ini disukai oleh
parawisatawan karena suasana Rumah Adat Bali yang nyaman dan mempunyai nilai
seni yang tinggi. Rumah Adat Bali yang dijadikan Resort menawarkan berbagai
macam fasilitas seperti Rastoran, Kamar Tidur, Swimming Pool, serta fasilitas
lainnya yang didesain dengan arsitektur Bali
Pemerintah dan Masyarakat Bali sangat mendukung Rumah Adat Bali
digunakan sebagai resort, karena dapat menambah kunjungan wisata, menambah
Devisa Negara, Mngurangi Pengangguran, bertambahnya lapangan kerja,
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menjaga kelestarian Rumah Adat Bali.
itu terbukti bahwa pemerintah dapat mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB).
Dengan beralihnya fungsi Rumah Adat Bali
menjadi sebuah resort, banyak terjadi permasalahan seperti diisukan sebagai
tempat mesum
1.2 Rumusan Masalah
1. Rumah Bali membutuhkan area yang luas
2. Bahan-Bahan Rumah Bali Cukup Sulit untuk
dicari di masa modern ini
3. Untuk membangun rumah bali sangat sulit
karena para tukang bangunan harus mengetahui kosala-kosali rumah bali dan saat
ini sedikit tukang yang mengetahui pedoman-pedoman membuat rumah bali
1.3 Tujuan
Tujuan kami mengakat Rumah Bali sebagai
makalah kami karena kami ingin melestarikan budaya Rumah Bali sehingga Rumah
Bali tidak menjadi kenangan. Dan kita
semua menjadi bisa atau mengetahui pedoman-pedoman Rumah Bali
1.4 Manfaat
Rumah
Bali merupakan yang harus dijaga kelestariannya, sehingga kita dapat
memperkenalkan warisan budaya kita ke dunia luar sehingga dengan tatanan Rumah
Bali yang unik ini kita dapat mengundang para wisatawan domestic maupun
wisatwan mancanegara untuk berkunjung ke Bali, sehingga dapat menambah Devisa
Negara.
Selain
itu kita juga dapat membuat Rumah Bali
menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali selain melihat Pantai,
Gunung, Pura, Persawahan, Danau dan makanan khas Bali
RUMAH BALI
A.
Pengertian
Rumah Bali
Rumah yang sesuai dengan
aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur
tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)
Menurut filosofi masyarakat Bali,
kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang
harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu
pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa
disebut Tri Hita Karana.
Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan
yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur
tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta
pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan
keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi
B.
Tata
Cara Dan Pedoman Membuat Rumah Bali
1)
Asta
Kosala Kosali
merupakan Fengshui-nya Bali, adalah
sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal
serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan
Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan
lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang
empunya rumah. Mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti:
§
Musti (ukuran atau
dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas),
§
Hasta (ukuran
sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai
ujung jari tengah yang terbuka)
§
Depa (ukuran yang
dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan)
Dalam kosala
kosali ada tiga landasan sebagai pedoman pembangunan rumah dan tempat suci di
bali:
a.
Landasan filosofis
Ø Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung.
Pembangunan perumahan
adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang
berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh
jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung
yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan
Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang
sekaligus juga menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini.
Ø Unsur- unsur pembentuk.
Unsur pembentuk
membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengider- ideran
(Dewata Nawasanga). Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/
Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/
tanah. Sedangkan Dewata Nawasanga (Pangider- ideran) adalah sembilan kekuatan
Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan
alam semesta ini.
b.
Landasan Etis
Ø
nilai dari bangunan adalah
berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada di arah hulu dan
bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben (hilir). Untuk lebih
pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah
Utama Angga, Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya
dan Kanista Mandala.
Ø
Pembinaan hubungan dengan lingkungan. Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam
Asi yang perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha
c.
Landasan Ritual
Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan
upakara agama yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta
menyucikan, menjiwai, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga
terjadilah keseimbangan antara kehidupan lahir dan batin.
2) Nawa
Sanga
Nawa sanga
berasa dari bahasa sansekerta yaitu “nawa” yang artinya arah dan “ sanga” yang
artinya sembilan. Jadi konsep ini berpegang kepada
arah mata angin. Setiap bangunan itu memiliki tempat sendiri.
seperti misalnya:
§ Dapur, karena berhubungan dengan Api maka Dapur ditempatkan di Selatan,
§ Tempat Sembahyang karena berhubungan dengan menyembah akan di tempatkan di
Timur tempat matahari Terbit.
§ Karena Sumur menjadi sumber Air maka ditempatkan di Utara dimana Gunung
berada begitu seterusnya.
3) Status
Sosial / sistem hirarki
Selain itu sosial status juga menjadi pedoman. jadi rumah di bali itu
ada yang disebut Puri juga atau Jeroan, biasanya dibangun oleh warna / wangsa
Kesatria. tapi karena sekarang banyak yang sudah kaya diBali, jadi siapapun
boleh membuat yang seperti ini. Namun nanti bedanya di Tempat Persembahyangan
di Dalamnya saja.
Warna itu merupakan sistem hirarki, di Bali Hirarkial itu juga berpengaruh
terhadap tata ruang bangunan rumahnya. Dalam pembuatan rumahnya rumah akan
dibagi menjadi:
§
jaba untuk bagian paling luar bangunan
§
jaba jero untuk mendifinisikan
bagian ruang antara luar dan dalam, atau ruang tengah
jero untuk mendiskripsikan ruang bagian paling dalam dari sebuah pola ruang
yang dianggap sebagai ruang paling suci atau paling privacy bagi rumah tinggal
Di konsep ini juga disebutkan tentang teknik konstruksi dan materialnya.
ada namanya Tri Angga, yang terdiri dari:
§
Nista menggambarkan hirarki
paling bawah dari sebuah bangunan, diwujudkan dengan pondasi rumah atau bawah
rumah sebagai penyangga rumah. bahannya pun biasanya terbuat dari Batu bata
atau Batu gunung.
§
Madya adalah bagian tengah
bangunan yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela dan pintu. Madya
mengambarkan strata manusia atau alam manusia
§
Utama adalah symbol dari
bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk atap yang diyakini juga
sebagai tempat paling suci dalam rumah sehingga juga digambarkan tempat tinggal
dewa atau leluhur mereka yang sudah meninggal. Pada bagian atap ini bahan yang
digunakan pada arsitektur tradisional adalah atap ijuk dan alang-alang.
C.
Tata Letak Rumah Bali
Sesuai dengan pedoman
diatas, tata letak rumah bali dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
berikut
bagian-bagian dari rumah Bali:
- Pamerajan adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang
- Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat
- Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior.
- Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu
- Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.
- Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya.
- Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.
- Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
- Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.
mohon comment'a :)
BalasHapus